ALLAH
ALLAH
1. PENDAHULUAN
Secara umum dapat dikatakan bahwa kita sering menyebut nama
ALLAH, baik dengan sesama umat Kristen maupun dengan penganut agama dan
kepercayaan lain. Nama ALLAH itu sudah umum dikenal di tengah masyarakat
kita. Tetapi pertanyaan bagi kita ialah : “Apakah ALLAH yang kita kenal
itu sama dengan ALLAH yang dikenal secara umum oleh agama dan
kepercayaan ini, kita mulai dari terjemahan kata “Allah” itu sendiri.
Kata Allah yang secara umum dikenal dalam bahasa Indonesia,
diambil alih dari kata “Allah” dalam bahasa Arab. Di Arab kata itu telah
dikenal sejak jaman pra Islam; yaitu sebutan nama illah yang ada di
sana.
Dalam Alkitab, kita juga mengenal nama ALLAH, tetapi diartikan
secara berbeda dengan kata Allah yang diambil alih oleh bahasa Arab,
karena ALLAH yang disebut dalam Alkitab adalah terjemahan dari kata
Elohim (bahasa Ibrani) dan Theos (bahasa Yunani).
Dengan demikian kita dapat mengerti jika ada perbedaan nama
ALLAH dalam bahasa-bahasa lain. Misalnya : Debata (Toba), Dibata (Karo),
God (Inggeris), Gott (Jerman), Dewata (Sanskerta) dan sebagainya. Semua
nama itu telah dikenal oleh bangsa dan suku tersebut sebelum dimasuki
kekristenan.
DOA
D O A
Kalau kita berbicara mengenai “doa” maka sebaiknya kita awali dari
permintaan seorang pengikut Yesus yang meminta diajarkan berdoa, katanya
: “Tuhan, ajarlah kami berdoa” (Luk. 11:1). Dari permohonan ini segera
muncul pertanyaan, yaitu : “sangat sulitkah berdoa, maka mereka minta
diajarkan berdoa?” Kalau jawabannya, tidak sulit , datang pertanyaan
yang lain. Kalau begitu, gampangkah berdoa ? Jawabannya juga tidak. Jadi
masalahnya ialah bukan antara sulit dan tidak sulit berdoa. Jika
demikian halnya, apa maksudnya maka para Rasul itu minta diajarkan
berdoa dan ternyata Yesus sendiri mengabulkan permintaan itu dan
kemudian menjadi doa yang terpopuler dari seluruh doa yang ada yang
terkenal dengan judul “Bapa kami yang di surga”?
Ada beberapa hal yang perlu mendapat penekanan dalam hal
menjelaskan tentang doa pada tulisan yang amat singkat ini sedangkan
yang konon kejelasannya sebenarnya sangat luas meliputi seluruh aspek
hidup manusia itu sendiri. Namun demikia, tulisan ini berusaha mencakup
intipati dari doa yang dimaksud seperti disebutkan di bawah ini.
ESKATOLOGI
ESKATOLOGI
Kata Eskatologi berasal dari bahasa Yunani : eskhatos yang berarti
akhir zaman. Jadi Eskatologi adalah ilmu teologi yang berbicara tentang
hal-hal yang bertalian dengan akhir zaman. Dengan Eskatologi ini terkait
beberapa istilah dan pengertian yang lain seperti : Kedatangan Kristus
yang kedua kali, kebangkitan daging, penghakiman dan kerajaan seribu
tahun dan juga tanda-tanda atau hal-hal yang mendahului akhir zaman itu.
Istilah ini disebut juga dalam berbagai bentuk, misalnya : Hari Tuhan
(Kis. 2:20; II Petr.3:10 dan I Tes.5:2), Hari Kristus (Flp. 1:10), Hari
Terakhir (Mat. 7:22), Akhir Zaman (Yoh. 6:39). Umumnya, kalau berbicara
tentang akhir zaman maka biasanya pemikiran tertuju kepada nasib orang
perorang yang ditentukan pada penghakiman yang diadakan pada saat itu.
Tetapi sebenarnya Alkitab sendiri lebih cenderung membicarakan
Penggenapan Kerajaan Allah yang mencakup bumi yang diperbaharui. Yesaya
menyebutnya : langit baru dan bumi baru (Yes. 65:17; 66:22).
MALAIKAT
MALAIKAT
Tidak seperti pada abad mula-mula hingga abad pertengahan, Gereja pada
masa modern ini jarang sekali membicarakan sesuatu tentang malaikat.
Kalaupun dibicarakan, biasanya hanyalah pada saat-saat tertentu;
misalnya saat hari raya Paskah dan Natal. Memang uraian Alkitab tentang
malaikat sangat sulit untuk dipahami bahkan uraiannya tidak
logis-sistematis. Dengan demikian, pemahaman Gereja saat ini tentang
malaikat sering kali hanya berupa asumsi atau rekaan belaka, dan
seringkali bertentangan dengan apa yang dikatakan Alkitab tentang
malaikat. Misalnya dengan gambaran (figur) nona-nona cantik yang lemah
gemulai berlongdress putih, atau berupa bayi-bayi bersayap. Padahal
sebaliknya, Alkitab justru memakai nama-nama untuk laki-laki (maskulin)
bagi malaikat-malaikat, seperti Mikhael (Dan. 10:13; Why. 12:7); Gabriel
(Dan. 8:16; Luk..1:19,26).
IBADAH
I B A D A H
1. PENGANTAR
Dalam suratnya kepada Timoteus Rasul Paulus menulis : “Latihlah
dirimu beribadah” (1 Tim. 4:7b). Lebih lanjut Rasul Paulus berkata,
“…….ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik
untuk hidup ini, maupun untuk hidup yang akan datang.
Dengan demikian ibadah adalah suatu hal yang amat penting dalam
hidup orang-orang Kristen. Bahkan harus dipahami, bahwa ibadah adalah
merupakan identitas Gereja atau orang-orang percaya.
Tapi apakah ibadah itu ?
Kesaksian (Marturia)
KESAKSIAN (
MARTURIA )
1. LATAR BELAKANG DAN ARTI
Tugas kesaksian adalah
“Amanat Agung” Yesus Kristus. Untuk itu, selayaknyalah warga gereja
menyadari serta memahaminya dan bukan hanya oleh para ‘pelayan-pelayan’
gereja.
Kata ‘kesaksian’ adalah terjemahan dari kata : marturia atau
martyfrein (Bahasa Junani). Marturia berasal dari kata martus, artinya
saksi. Dalam dunia Junani (kuno), kata martus secara khusus digunakan
pada bidang hukum : yakni, saksi solemnitas dan saksi prosesuil.
Tugas
saksi terutama saksi prosesuil adalah memberitahu hakim tentang apa
yang telah terjadi, dengan tidak menambahkan atau mengurangkan sesuatu.
Dengan kata lain, saksi harus mengatakan kebenaran. Dan apa yang
dinyatakan oleh saksi, itulah yang disebut dengan kesaksian.
KOINONIA
KOINONIA
1. Kata “koinonia” adalah sebuah kata dalam bahasa Yunani yang berarti
“persekutuan” (bersekutu). Dalam kehidupan warga gereja kata “koinonia”
sering kita pergunakan, khususnya dalam membicarakan tentang tri tugas
panggilan dan suruhan gereja, yaitu : persekutuan (koinonia), kesaksian
(marturia) dan pelayanan (diakonia).
Koinonia sebagai salah satu dari tugas panggilan dan suruhan gereja
didunia ini menyatakan keberadaan gereja selaku persekutuan orang-orang
percaya yang disuruh kedalam dunia.
EKOLOGI
EKOLOGI
1. LATAR BELAKANG KECENDERUNGAN PERHATIAN TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP
Ketika asap tebal menyelimuti kota Los Angeles pada tahun 1950-an banyak
penduduk kota tersebut mengalami gangguan kesehatan saluran pernafasan.
Banyak pepohonan, tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran dan buah-buahan
menjadi rusak. Begitu pula pada tahun 1955-1956 banyak penduduk di Teluk
Minamata Jepang yang mengalami kematian, lahir cacat dan menderita
penyakit. Ikan-ikan mengambang di permukaan laut. Burung jatuh dari
udara. Ternak lembu, kambing, ayam, anjing, babi dan binatang darat
lainnya menjadi gila dan mati. Setelah saat itu perhatian terhadap
lingkungan hidup, terutama masalah pencemaran dan ekologi semakin
mencuat kepermukaan. Konperensi Lingkungan Hidup di Stockhlom (1972)
akhirnya menetapkan tgl. 5 Juni sebagai “Hari Lingkungan Hidup
se-dunia”.
DIAKONIA
DIAKONIA
Diakonia berasal dari bahasa Junani : Diakonein, yang berarti melayani.
Umumnya diartikan sebagai melayani meja makan (seperti pelayanan :
sitahu bagod” bagi raja-raja Simalungun dahulu kala, yang selalu sedia
tatkala raja bersantap).
Dalam Perjanjian Baru kata ini dipakai sebanyak seratus kali dalam
berbagai bentuk. Umumnya diartikan sebagai Pelayanan Kristus atau
Pelayanan Jemaat (Kolose 1:7). Namun makna yang paling penting ialah
pelayanan Kristus bagi umatNya (Markus 10:45) dengan memberikan
nyawaNya. Karena itu semua pelayan Jemaat pada mulanya disebut sebagai
Diakonos.
PERSEPULUHAN
PERSEPULUHAN
Istilah persepuluhan di dalam bahasa Iberani ialah “maaser” yang
berasal dari kata Aram “ascher” = kekayaan. Hal ini menunjukkan bahwa
kita telah menerima kekayaan dari “sumber” kekayaan itu sendiri, yaitu
Allah. Allah telah memberikan kita 100 % sesgala sesuatu yang ada pada
kita dan kita diminta mengembalikan kepadaNya hanya 10 %.cara
pengembaliannya inilah yang kita sebut masalah theologia persepuluhan.
Kalau kita memeriksa Alkitab dan Sejarah Gereja mengenai
persepuluhan kita melihat beberapa cara yang berbeda-beda tapi tokh
tidak bertentangan :
PERJAMUAN KUDUS
PERJAMUAN KUDUS
1. PENDAHULUAN
Menurut kesaksian Alkitab, Allah menyatakan diri kepada manusia
bukan hanya melalui firmanNya, tetapi juga melalui Sakramen-Sakramen
yang Ia tetapkan. Di dalam gereja Kristen Protestan ada dua sakramen,
yakni Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus. Kedua-duanya dilayankan dalam
persekutuan jemaat. Salah satu pokok dalam defenisi gereja adalah
“Persekutuan orang-orang kristen dimana sakramen-sakramen dilayankan
sesuai dengan firman Tuhan”.
Adanya Sakramen-Sakramen dalam gereja adalah sesuai dengan perintah
Tuhan Yesus. Yesus sendiri yang menetapkan Baptisan Kudus (Mat. 28 :
19-20). Dan Dia juga yang menetapkan Perjamuan Kudus supaya
dirayakan/dilaksanakan sebagai “peringatan” akan Dia sampai Ia datang
kembali ; (Mat. 26 : 29 ; Mark. 14 : 25 ; 1 Korit.11 : 26).
Berarti, bagi gereja yang tidak melaksnakan Sakramen-Sakramen, hal itu
menunjukkan bahwa gereja itu tidak taat kepada perintah Tuhan Yesus.
Kalau seorang kristen tidak mau dibabtis atau tidak mau menghadiri
pelaksanaan Perjamuan Kudus, berarti orang itu telah menolak perintah
Tuhan Yesus di dalam hidupnya.
2. PERJAMUAN KUDUS
Perjamuan Kudus adalah salah satu “perayaan” yang paling penting dari
gereja kristen, menurut kesaksian Injil Synoptis-Matius (26 : 17 – 27),
Markus (14 : 12 – 25), Lukas (22 : 7 : - 23), dan juga kesaksian Rasul
Paulus (1 Korint. 11 : 23 – 34). Dari kesaksian-kesaksian tersebut di
atas, kita dapat menarik garis-garis besarnya mengenai Perjamuan Kudus
sebagai berikut :
Pertama : Perjamuan Kudus yang Yesus adakan bersama-sama dengan
murid-muridNya, adalah merupakan “Perjamuan Perpisahan” pada malam
terakhir sebelum Ia ditangkap dan menderita sengsara di kayu salib.
Dalam perjamuan itu, Yesus bertindak sebagai “Tuan rumah perjamuan” dan
murid-muridNya sebagai “Tamu Agung”. Sebagai Tuan rumah perjamuan, Ia
membagi-bagikan roti dan anggur kepada murid-muridNya.
Kedua : Perjamuan Kudus yang Yesus adakan bersama-sama dengan
murid-muridNya, berlangsung pada “waktu dan sehubungan” dengan Perayaan
Paskah Israel. Pesta Paskah orang Israel adalah salah satu dari ketiga
pesta Israel yang paling besar dan dirayakan sekali setahun. Ketiga
Pesta bangsa Israel adalah : Paskah, Pesta Panen dan Pesta Pondok Daun,
(Band. Imamat 23 : 5 ; Bil. 9 : 3 ; 28 : 16 ; Jeh. 45 : 21). Pesta
Paskah orang Israel adalah Pesta Pengucapan Syukur yang berhubungan erat
dengan “Pembebasan Israel” dari perbudakan di Mesir, (Kel. 12). Pesta
Paskah pada mulanya dilangsungkan di rumah tangga orang Israel dan
kemudian ditetapkan dan harus dirayakan di Bait Allah (Ulangan 16 : 2 –
7).
Ketiga : Perjamuan Kudus yang Yesus adakan bersama murid-muridNya erat
berhubungan dengan perjamuan-perjamuan lain yang diikuti oleh Yesus,
seperti “perjamuan dengan pemungut cukai, dengan orang-orang berdosa”,
hal itu terlaksana sebelum Ia mati di kayu salib, maupun juga
perjamuan-perjamuan dengan murid-muridNya sesudah Ia bangkit dan
menampakkan diri kepada mereka. Isi dari Perjamuan Kudus adalah untuk
menyatakan “karya penyelamatan Allah di dalam Kristus” kepada manusia.
Demikian juga isi dari perjamuan-perjamuan Yesus dengan pemungut cukai
dan orang-orang berdosa, di mana manusia berdosa, dan melalui kehadiran
Yesus, Ia telah menganugerahkan kepada mereka keselamatanNya. Berarti,
keselamatan yang diberikan oleh Yesus bukannya “nanti” di Surga, tetapi
telah mulai dari sekarang dalam hidup manusia itu sendiri yang telah
menerima kehadiran dan persekutuan dengan Yesus. Inilah salah satu dari
makna Perjamuan Kudus bagi orang-orang yang telah percaya.
3. ARTI PERJAMUAN KUDUS
a. Perjamuan Pengucapan Syukur
Perjamuan Kudus, sama seperti Pesta Paskah Israel adalah suatu “Pesta
Kemenangan”. Dalam pesta Perjamuan Kudus kita diundang sebagai tamu
agung Yesus untuk merayakannya. Yang mengundang kita supaya benar-benar
penuh dengan kegembiraan dan sukacita menghadirinya serta menerimanya.
Sebab melalui Perjamuan Kudus, Ia mengatakan kepada kita : “untuk
dosa-dosamu, Ia telah bangkit”. Di dalam Dia, berarti oleh kematianNya
dan kebangkitanNya, Allah telah mendamaikan kita dengan diriNya. (2
Korint 5 : 18 – 19). Antara kita (manusia) dan Dia tidak ada lagi
permusuhan, tembok dosa telah Ia robohkan (Epesus 2 : 14), sekarang kita
telah diterima menjadi anak-anakNya. Sekarang kita telah memperoleh
persekutuan dengan Dia, karena itu kita harus bergembira dan
bersukacita. Kita harus mengucap syukur kepadaNya atas kasih dan
anugerahNya.
Dasar untuk kita mengucap Syukur, karena keselamatan yang diberitakan
dalam Perjamuan Kudus adalah berdasar atas kematian dan kebangkitan
Yesus. Dalam Perjamuan Kudus kita menerima roti dan anggur, dimana hal
itu yang menunjuk kepada “tubuh” Kristus yang dipecah-pecah dan
“darahNya” yang dicurahkan untuk kita. Pembagian roti dan anggur yang
diberkati dalam Perjamuan Kudus mengandung arti akan adanya “penyaluran
berkat”. Hal ini membuat kita sadar betapa mahalnya harga yang harus
dibayar oleh Yesus untuk keselamatan kita. Melalui Perjamuan Kudus,
orang-orang percaya mengalami dan menerima anugerah Allah. Dengan
demikian Yesus telah melibatkan orang-orang percaya dalam kedatangan
Kerajaan Allah (Mark. 14 : 23) dimana di dalam Kerajaan Allah
orang-orang percaya telah dipersekutukan dengan Allah. (Joh. 17 : 24).
b. Peringatan Akan Yesus
Pada waktu Yesus dan murid-muridNya melaksanakan Perjamuan Kudus sebelum
Ia diserahkan, menurut kesaksian rasul Paulus ( 1 Korint 11:23-34), Ia
mengambil roti dan Ia mengucap syukur atasnya, Ia memecah-mecahkannya
dan berkata : “Inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah
demikian menjadi peringatan akan Aku !” Demikian juga Ia mengambil Cawan
sesudah makan lalu berkata :” Cawan ini adalah perjanjian baru yang
dimeteraikan dengan darahKu, perbuatlah demikian setiap kali kamu
meminumnya, menjadi peringatan akan Aku !”.
Yang dimaksud dengan peringatan akan Yesus dalam Perjamuan Kudus, adalah
peringatan akan kematianNya di kayu salib. Dan arti dan tujuan
peringatan ini adalah sebagai “pemberitaan akan keselamatan” yang
dihasilkan (dikerjakan) oleh kematian dan kebangkitan Yesus sampai Ia
datang kembali ( I Korint 11:26). Sama halnya seperti Perayaan Paskah
(kel.12:14) dimana Allah telah menetapkan perayaannya :”Hari ini
hendaklah menjadi hari peringatan kamu, kamu harus merayakannya sebagai
hari raya bagi Tuhan Allahmu turun-temurun.”.
Peringatan yang dimaksud disini, bukanlah peringatan akan apa yang telah
dialami oleh Israel dalam perbudakan di Mesir, akan tetapi peringatan
tentang “karya penyelamatan dan pembebasan” yang Allah perbuat sehingga
orang-orang yang merayakan Paskah benar-benar mengalami sendiri
pembebasan itu. Demikian juga halnya dengan orang-orang kristen, melalui
Perjamuan Kudus benar-benar mengalami sendiri karya penyelamatan
Kristus. Berarti “memperingati” dalam 1 Korint 11:26, yaitu
“memasakinikan kembali dan menghayati sekarang juga keselamatan yang
Yesus kerjakan melalui kematian dan kebangkitanNya, itulah yang kita
peringati melalui Perjamuan Kudus.
c. Pemberian Roh Kudus
Telah kita bahas di atas bahwa Perjamuan Kudus adalah yang diamanatkan
oleh Yesus Kristus. Dan Perjamuan Kudus adalah sebagai tanda kehadiran
Kristus dan tanda peringatan akan kematian dan kebangkitan serta
kedatanganNya kembali (Luk.22:14–20), untuk keampunan dosa manusia.
Dalam perjamuan kudus, Kristus hadir bersama-sama dengan kita, sehingga
kita yang makan dan minum disitu beroleh persekutuan dengan Dia.
Kehadiran Kristus dalam perjamuan kudus bukanlah kehadiran secara phisik
atau jasmaniah. Roti dan anggur tidak otomatis berubah menjadi tubuh
dan darah Kristus (seperti pemahaman Gereja Roma Katholik). Waktu
pelayan (=pendeta) mengucapkan “kata-kata peneguhan” perjamuan kudus,
bahwa roti tetap roti dan anggur tetap anggur. Akan tetapi oleh
pekerjaan Roh Kudus, kita beroleh persekutuan dengan Kristus (kematian
dan kebangkitanNya) yang benar-benar hadir dalam Perjamuan Kudus yang
kita laksanakan.
d. Perjamuan Kudus sebagai Perjamuan Persekutuan
Di dalam Perjamuan Kudus anggota-anggota Jemaat datang berkumpul
bersama-sama dan merayakan Perjamuan Kudus sehingga memperoleh
persekutuan dengan Kristus. Dengan demikian sangat perlu disadari bahwa
persekutuan kita bukan hanya dengan Kristus yang mati dan yang bangkit,
akan tetapi juga dengan Kristus yang dimuliakan dan dengan Kristus yang
akan datang kembali. Oleh karena itu maka nada dasar dari perayaan
Perjamuan Kudus adalah “kesukaan dan kegembiraan” karena kita telah
benar-benar dipersekutukan dengan “Tubuh dan darah” Kristus yang telah
menjadi “PERJANJIAN BARU” (1 Kor. 11 : 23 dst) dan melalui Perjamuan
Kudus yang mempersekutukan jemaat, sehingga kita telah menjadi milik
Kristus.
Di dalam persekutuan kita dengan Kristus melalui Perjamuan Kudus,
sekaligus oleh dan di dalam Dia, kita memperoleh dan mewujudkan
persekutuan dengan sesama manusia / sesama jemaat. Berarti, Perjamuan
Kudus mempunyai fungsi “koreksi” kepada anggota jemaat sebagaimana
dinasehatkan oleh Rasul Paulus, apabila anggota jemaat hanya
memperhatikan diri sendiri (=keselamatan) diri sendiri dalam Perjamuan
Kudus dan tidak memperhatikan diri (=keselamatan) orang lain, berarti
orang-orang tersebut terus mempertahankan “jurang pemisah” yang ada
antara orang kaya dan miskin (1 Korint. 11 : 20 – 22). Dan juga
orang-orang yang demikian sikap dan kehadirannya dalam Perjamuan Kudus,
berarti belum menyadari arti dan makna kehadiran Kristus yang telah
mempersekutukan seluruh manusia. Oleh karena itu setiap saat perlu
dipertanyakan : “Sampai dimanakah Gereja secara serius memahami
Perjamuan Kudus sebagai Perjamuan Persekutuan dengan Kristus dan sesama
!” (1 Korint 10 : 16 – 17).
e. Perjamuan Kudus sebagai Perjamuan Agung di masa depan
Ketika Tuhan Yesus melaksanakan Perjamuan Kudus bersama-sama dengan
murid-muridNya, Ia berkata : “Mulai dari sekarang Aku tidak minum lagi
hasil pokok anggur ini sampai hari Aku meminumnya, yaitu yang baru
bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan BapaKu” (Mat. 26 : 29 ; Mark. 14
: 25). Dalam Perjanjian Lama, kegenapan (=Kepenuhan) keselamatan dari
Kerajaan yang akan datang, dilihat sebagai suatu “Perjamuan Gembira” di
dalam Kerajaan BapaNya. Barang siapa yang telah menjadi milikNya akan
turut ambil bagian di dalamnya, ia akan duduk bersama-sama dengan Dia di
meja Perjamuan Agung dalam Kerajaan Allah, (Band. Mat. 8 : 11 ; Luk. 13
: 28; 14 : 13).
Sebenarnya Perjamuan Agung itu telah dihadirkan oleh Yesus Kristus di
dunia ini, karena melalui perkataan dan perbuatanNya, Kerajaan Allah
telah menerobos masuk ke dunia ini. Oleh karena itu, Perjamuan Kudus
bukan hanya sebagai lambang Perjamuan Agung dimasa depan, dan bukan
hanya sebagai “palang petunjuk jalan” kepada keselamatan di masa
mendatang, akan tetapi melalui Perjamuan Kudus kita benar-benar menerima
“REPRESENTASI” dari keselamatan yang Allah berikan kepada manusia di
dalam Kristus. Dan di dalam Perjamuan Kudus kita teguhkan di dalam
pengharapan untuk menemukan kesempurnaan Perjamuan Agung di masa depan
di dalam Kerajaan Allah Bapa Tuhan Yesus Kristus, (Band. Wahyu 2 : 7 ;
21 : 7)
4. KESIMPULAN
Perjamuan Kudus mempunyai isi dan arti yang sama dengan Baptisan yang
telah kita terima. Di mana dalam Baptisan kita, oleh pekerjaan Roh Kudus
kita mendapat bagian dalam karya penyelamatan Allah. Demikian juga
dalam Perjamuan Kudus, kita juga oleh pekerjaan Roh Kudus mendapat
bagian dalam karya penyelamatan Allah. (Band. Rom. 6 : 3-8).
- Perjamuan Kudus memberitakan anugerah Allah kepada kita. Kita makan
roti dan minum anggur dalam Perjamuan Kudus, kita mengingat dan
menghayati bahwa Yesus menjadi manusia supaya tubuh manusiawi itu
disalibkan, Ia menderita dan mati di kayu salib untuk menciptakan tubuh
baru yaitu jemaatNya. Darah Kristus dicurahkan di kayu salib untuk
pengampunan segenap dosa-dosa kita.
- Darah Kristus adalah kehidupan yang dicurahkan untuk memberi hidup
bagi kita. Kita minum Cawan itu untuk mengingat bahwa Yesus sendiri
telah minum Cawan murka Allah sehingga kita memperoleh keampunan dosa
kita.
- Dengan merayakan Perjamuan Kudus, kita diingatkan pula bahwa Yesus
sekarang duduk di sebelah kanan Allah Bapa untuk membela kita, dan Ia
akan datang kembali untuk membawa (mengumpulkan) orang-orang yang
percaya untuk mengadakan Perjamuan Agung di dalam Kerajaan Allah, (Band.
Mark. 16 : 19 ; Wahyu 21 : 3 – 7).
Sumber : GKPS
DOSA
DOSA
1. DOSA DAN KEBERADAAN MANUSIA
Dalam Alkitab – Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru kita menemukan
berbagai istilah uang di gunakan untuk menunjukan dosa. Dari semua
istilah-istilah itu dapat di simpulkan bahwa dosa adalah kegagalan
menuruti dan penyimpangan dari kehendak Allah.
Dosa ialah pelanggaran hukum Allah – 1 Joh. 3 : 4.
BAPTISAN DAN SIDI
BAPTISAN DAN SIDI
1. PENGERTIAN BAPTISAN
Baptisan adalah satu dari dua sakramen yang diterima dan
dilaksanakan dalam gereja-gereja protestan. Istilah ‘baptis’ dan semua
kata jadian yang diturunkan daripadanya berasal dari bahasa Yunani
‘baptizien’. Perkataan ini berarti ‘mencelupkan’ atau ‘membenamkan’,
yang secara khusus digunakan menyangkut praktek keagamaan. Praktek ini
mengandung makna simbolik penyucian. Pengertian seperti itu tentunya
terkandung dalam perkataan ‘permandian’ yang sering juga digunakan untuk
menunjuk kepada pembaptisan.
PEMBENARAN / PENEBUSAN
PEMBENARAN / PENEBUSAN
I. LATAR BELAKANG
1. Alkitab, sebagai Firman Allah harus dipahami dari fakta historis yang
bagi kita orang Kristen, mempunyai makna sebagai pekerjaan penyelamatan
Allah atas manusia. Katakanlah, Allah melakukan penyelamatan atas
manusia. Katakanlah, Allah melakukan penyelamatan atas manusia, yang
dianyam rapat-rapat dengan peristiwa-peristiwa tertentu sehingga dengan
demikian ada peristiwa-peristiwa tertentu yang mempunyai makna
soteriologis, makna penyelamatan.
NYANYIAN
N Y A N Y I A N
1. LATAR BELAKANG
Sejak lahirnya Gereja pada hari Pentakosta, sudah merupakan
persekutuan dinamis, dimana dalam perjalanan hidupnya penuh dengan
aktifitas-aktifitas dalam rangka mewujudkan hakekat gereja yang
sesungguhnya. Untuk memenuhi tugas dan panggilannya, maka salah satu
aktifitas pokok yang dilaksanakan gereja adalah ibadah untuk memuji
Allah Bapa di dalam Yesus Kristus, yang bukan hanya melalui mulut tapi
juga melalui hati dan segenap akal budi.
Dalam melaksanakan tata ibadah Kristen, unsur-unsur Liturgi sangat
memegang peranan penting antara lain : Pemberitaan Firman Tuhan, doa,
persembahan dan juga nyanyian.
GEREJA
G E R E J A
1. LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN
Kata ‘Gereja’ berasal dari bahasa Portugis “Igreya” dan dalam
bahasa Junani “ekklesia” yang berarti Jemaat yang dipanggil keluar dari
dunia menjadi milik Tuhan. Kata “ekklesia” diambil dari kebudayaan
Junani waktu itu yang berarti suatu sidang warga kota untuk membicarakan
dan mengambil keputusan selaku “Sidang Rakyat yang syah” (Kis. Ras. 19 :
39).
ANUGERAH
A N U G E R A H
1. PENGERTIAN
Secara umum anugerah dapat diartikan menurut keadaan, yaitu segala
pemberian yang mengakibatkan kesejahteraan kepada mereka yang dalam
keadaan memprihatinkan atau membutuhkan. Pekerjaan menganugerahi umumnya
juga aksi spontan lebih banyak daripada oleh karena permintaan atau
permohonan. Di dalam Alkitab kata anugerah diambil atau diterjemahkan
dari kata ‘kharis’ (Junani) dan atau ‘hen’(Ibr). Kadang-kadang kata-kata
tersebut diatas diterjemahkan dengan pemberian, kasih karunia. Kata ini
dipakai dalam rangka menunjukkan pemberian Allah kepada manusia yang
lemah, miskin, hilang, berutang, berdosa dan sebagainya (dalam situasi
membutuhkan). Pemberian tersebut mempunyai proses dinamika dalam
operasinya bagi manusia itu. Kedinamisan dan operasi pemberian itu
selalu berisi dan bertujuan menyelamatkan. Anugerah itu tidak pernah
diam seperti benda mati.
BERKAT
B E R K A T
1. LATAR BELAKANG
Didalam agama Timur Kuno yang primitif, berkat dan juga kutukan
merupakan objek kepercayaan dalam struktur kerohanian mereka. Berkat
dipahami sebagai sesuatu yang baik dan berguna bagi hidupnya, sedangkan
kutukan merupakan pembalasan dari perbuatan jahat. Mengenai berkat,
agama primitif percaya bahwa seseorang yang memiliki kekuasaan dan
kesaktian dapat memberi dan mendatangkan berkat. Caranya ialah dengan
melalui persentuhan (kontak), khususnya melalui perkataan. Seorang
ayahpun diyakini dapat memberi berkat kepada anak-anaknya. Selain dari
pada itu, benda-benda yang dipergunakan orang yang berkuasa dan sakit
tersebut juga dipandang sebagai yang dapat mendatangkan berkat.
Dalam konsep agama suku Batak (Simalungun) tradisional, hal yang
berhubungan dengan konsep berkat tersebut di atas dapat kita temukan
pada perkataan “sahala”. Sahala mencakup kewibawaan, kekayaan harta
benda dan keturunan, keberanian, kegagahan, kecerdasan, kecerdikan,
kesaktian dalam ilmu gaib, pengetahuan yang luas, dan lain-lain. Apabila
seseorang bersentuhan dengan yang memiliki sahala tersebut (misalnya
dengan berjabat tangan, dipeluk atau dipangku) maka ‘sahala’ orang
tersebut diyakini mengalir kepadanya. Bahkan bagian-bagian dari tubuhnya
seperti rambut, kuku, ludah dan alat-alat yang dimiliki (seperti keris,
tongkat, topi, dan lain-lain) apabila dipergunakan diyakini dapat
memberi berkat (rezeki).
Jadi dapatlah disebut bahwa penganut agama primitif memandang
berkat itu sebagai sesuatu yang dapat diperoleh secara magis dan
supranatural baik melalui persentuhan khususnya melalui perkataan dari
orang-orang yang dianggap berkuasa dan sakti. Bagian tubuh dan alat-alat
yang dipergunakanpun dipandang berkuasa mendatangkan berkat. Sekarang
bagaimana pandangan dan kesaksian Alkitab ? Dimana inti pengajaran
Alkitab berbicara tentang berkat untuk dapat menjadi pegangan kita
selaku umat yang percaya kepada Allah sumber segala sesuatu ?
Bagaimanakah kita memahami berkat itu ?
2. PEMAHAMAN AKAN KATA BERKAT
Dalam bahasa Ibrani disebut ‘barakah’ atau ‘barakatuh’
(Kej.12:2-3; 13:6; 27:1; 48:15; 49:25; Kel. 20:11; Ul.23:5; 27:9; 30:16;
Rut.4:11, dll). Kata ‘barakah’ tidak hanya berarti berkat, tetapi juga
menunjukkan kepada “keadaan yang diberkati” atau “memiliki berkat”. Jadi
kata ‘barakah’ mencakup kepada situasi yang baik, sejahtera, berkuasa
dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris disebut ‘blessing’ atau dapat juga
berarti ‘being blessed’ atau ‘being filled with blessing’. Sementara
dalam bahasa Junani disebut ‘oilogeo’ yang berarti “perkataan yang
baik”, misalnya kata-kata yang mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan,
memuji dan memuliakan Tuhan (yakni sering dilukiskan dengan kata
‘oilogesen’, ‘oilogesoi’, ‘oilogemenoi’ atau ‘katoilogei’ ; Mat.14:19;
26:26; Mark. 10:16; 14:22; Luk.6:28, dll). Paulus sendiri memakai kata
‘oilogias’ untuk berkat kepada Abraham (Gal.3:14) dan kata ‘oilogia’
untuk berkat dari Kristus. Berkat berarti juga ‘memberi salam’ (1 Sam
13:10; Kej.33:11) yang menunjuk kepada sikap “hormat” kepada seseorang.
Semua kata-kata tersebut diatas diterjemahkan ke dalam bahasa Simalungun
dengan kata ‘pasu-pasu’ atau ‘marpasu-pasu’ atau ‘napinasu-pasu’.
Menurut kesaksian Alkitab bahwa pemilik dan sumber segala berkat
terletak pada Tuhan Allah. Apabila Ishak memberkati Jakub (Kej. 27 : 1 –
3), dan Jakub kepada Josep (Kej. 48 : 15 ; 49 : 25) semua itu
berlangsung dalam bentuk doa kepada Allah. Jadi Allah itu dipercayai
sebagai pribadi yang hidup, penuh kuasa dan bekerja. Berkat Allah itulah
yang mengatur dan menghidupkan bukan hanya pada diri manusia akan
tetapi juga termasuk tumbuh-tumbuhan, ternak serta seluruh isi alam
maupun yang di udara. Tegasnya, berkat berarti segala sesuatu yang
berasal dari Allah yang sifatnya menghidupkan, memperbaiki,
memperpanjang dan berdaya guna lama kepada manusia.
3. HUBUNGAN DENGAN KEPERCAYAAN
Sejak masa penciptaan Allah senantiasa bekerja memberkati, dan apa
yang ada sekarang ini merupakan wujud dari pada berkat Allah yaitu
kehidupan manusia serta seluruh isi alam maupun yang di udara. Dialah
pemilik dan sumber berkat, sebab Dialah yang empunya kekuasaan dan
kemuliaan sampai selama-lamanya. Akan tetapi Allah tidak hanya
memberkati kemudian Dia mengundurkan diri sambil menunggu hasil dari
kita, melainkan Allah sekaligus mengikat diri-Nya dengan perjanjian-Nya
bahwa Dia berkenan menemani dan mengatur hidup kita (Kej. 1 : 28 ; 3 : 2
; 9 : 1-7).
Itu berarti bahwa di samping berkat-Nya, Dia berkenan mempertemukan
diri_nya dengan kita manusia yang lemah ini. Di samping berkat-Nya, Dia
mau peduli dengan kita. Jadi bukan seperti agama primitif tadi, kuasa
dan kesaktian yang dimiliki seseorang itu tidak memperdulikan kelanjutan
hidup orang yang mendapat “berkat” dari padanya.
Selanjutnya perlu kita pahami pemberian berkat dari Allah bertujuan
agar kita hidup selaku umat Tuhan. Apa yang diberi Allah bertujuan untuk
membangkitkan dan menggerakkan agar kita menaruh percaya kepada-Nya
sebagai sumber segala berkat. Sifat Allah sebagai pemberkat hanya dapat
kita pahami dan syukuri dalam konteks kepercayaan kita kepada-Nya
sebagai sumber segala berkat. Sifat Allah sebagai pemberkat hanya dapat
kita pahami dan syukuri dalam konteks kepercayaan kita kepada-Nya.
Itulah yang terjadi pada diri Abraham. Dengan menaruh percaya kepada
Allah, Abrahampun menerima berkat demi berkat dari Allah (Kej. 12 bd.
Kej. 22) sehingga Paulus memberi dia gelar “bapa semua orang percaya”
(Rom. 4:11). Kepercayaan kepada Allah menjadi dasar pengharapan dan
kegembiraan dalam hidup kita, sebab Bapa di sorga mengetahui apa yang
kita perlukan dan Ia mau memberi itu kepada kita. Itu sebabnya Yesus
mengatakan, “Janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu minum dan
janganlah cemas hatimu. Bapamu tahu bahwa memerlukan semuanya itu.
Tetapi carilah Kerajaan-Nya maka semuanya itu akan ditambahkan juga
kepadamu” (Luk. 12 : 29 – 31)
4. BERKAT DALAM PRAKTIK HIDUP ORANG YANG PERCAYA
Hal pertama yang Allah lakukan terhadap manusia setelah mereka
dicipta adalah memberkati. “Allah memberkati mereka, lalu Allah
berfirman kepada mereka penuhilah taklukkanlah berkuasalah “(Kej. 1 :
28) Berkat Allah mendahului apa yang hendak dilakukan oleh manusia,
berkat Allah mendahului tugas dan perintah-Nya dan berkat mendahului apa
yang hendak kita miliki. Dengan demikian apa yang ada pada kita semua
itu kita pandang berawal dan bersumber dari berkat Allah. Segala sesuatu
yang ada di dunia ini adalah milik Allah (Ayub 41 : 2). Penekanannya
terletak dalam tanggung jawab kepada Allah sebagaimana yang dikatakan
Martin Luther, “Kita bertanggung jawab kepada Allah tentang cara kita
mempergunakan milik, sebab Allahlah yang memberi itu kepada kita”.
Kalau kita memperhatikan bagaimana pemanfaatan berkat dalam praktik
hidup orang yang percaya dalam Alkitab (misalnya Abraham, Yakub, Josep,
Musa, Paulus, dll) maka nampaklah kepada kita bahwa penggunaannya
berorientasi kepada peran serta dalam karya penyelamatan Allah di dunia
ini. Bahkan C. Barth mengatakan, “Berkat dari Allah bertujuan agar kita
menjadi pelopor (perintis) membawa orang kepada kebenaran Allah
“Peristiwa pemanggilan dan pemberkataan Allah kepada Abraham hendak
memberi arti kepada kita agar kita menjadi saluran berkat kepada kaum
manusia seluruhnya tanpa terkecuali (bd. Kej. 12 : 13 ; 26 : 4 ; 28 :
14). Orang yang dapat menjadi saluran berkat bagi orang lain tidak
bergantung besar kecilnya apa yang dia miliki, bukan soal kaya atau
miskin, akan tetapi bergantung dalam kepercayaannya kepada Allah sumber
dari apa yang ada pada kita.
Dengan demikian, berkat dalam praktik hidup orang yang percaya
dipahami sebagai sarana untuk mengkonktirkan kasih Allah terhadap
manusia dan dunia. Bertitik tolak dari pandangan ini, maka orang yang
percaya akan mempergunakan berkat dari Allah sebagai alat pendorong dan
penggerak kesadaran terhadap panggilan dan suruhan Kristus untuk
bersekutu, bersaksi dan melayani; taat pada tugas, rukun dalam
persekutuan, dan aktif di dalam peranannya sebagai umat Tuhan dalam
seluruh lapangan kehidupan manusia di dunia ini. Semua itu kita lakukan
secara suka rela, dewasa dan penuh tanggung jawab berdasarkan iman
kepada Allah di dalam Yesus Kristus. Tentunya, dalam kehidupan
sehari-hari orang yang diberkati Allah senantiasa melakukan kebaikan,
orang yang dapat dipercaya (Amsal 28 : 20), sipemberi (Kel. 16 : 17),
dapat menguasai diri (Kel. 12 : 15), pembawa damai (Kej. 26 : 29), tidak
pencemburu dan dengki (Kej. 17 : 18), dll.
5. PENUTUP
Jadi dapatlah kita pahami bahwa berkat (pasu-pasu) pada hakekatnya
bersumber dari kekayaan dan anugerah Tuhan semata. Janganlah kita
menyia-nyiakannya, melainkan kita bersyukur kepada Tuhan atasnya dan
menggunakannya secara Kristen dalam kepercayaan kepada-Nya. Dalam GBKU –
GKPS 1995 – 2000 secara jelas digariskan bahwa GKPS terpanggil untuk
mengelola segala sesuatu yang dipercayakan Allah kepadanya. Jadi unsur
penatalayanan mutlak dilakukan secara khas Kristen. Perlu juga kiranya
ditekankan bahwa GKPS terpanggil untuk mengelola segala sesuatu yang
dipercayakan Allah kepadanya. Jadi unsur penatalayanan mutlak dilakukan
secara khas Kristen. Perlu juga kiranya ditekankan bahwa janganlah
berkat itu kita pahami hanya dari sudut bendawi, tetapi hidup dan
kehidupan kita, semangat dan kemauan bekerja adalah juga berkat dari
Allah. Jika kita tidak mensyukuri berkat Tuhan di mana kita masih hidup
dan mampu bekerja, maka hal-hal lain yang datangpun tidak akan dapat
menjadi suka cita bagi kita. Puncak berkat Allah ada dalam diri Yesus
dan melakukan kehendak-Nya akan merasakan betapa nikmat berkat dan
anugerah yang diberi kepadanya. Akhirnya, kiranya Allah Bapa, dan
Anak-Nya Yesus Kristus serta Roh Kudus memberkati kita sekalian.
Sumber : GKPS
Pendahuluan
Dasar
Pemahaman Kristen ini ditulis untuk membantu jemaat khusunya GKPS di
dalam pertumbuhan iman.
PARA PENULIS :
1. Pdt. A. Munthe
2. Pdt. B. Saragih
3. Pdt. D. Purba
4. Pdt. E.R. Simarmata
5. Pdt. Jaharianson Saragih
6. Pdt. J.C. Purba
7. Pdt. J.J. Damanik
8. Pdt. J. Situmorang
9. Pdt. K. Simanjorang
10. Pdt. M.H. Sipayung
11. Pdt. M. Damanik
12. Pdt. N. Saragih
13. Pdt. R.J. Saragih
14. Pdt. S.A. Girsang
15. Pdt. Waldemar Saragih
Sumber : GKPS
FIRMAN ALLAH
F I R M A N A L L A H
1. PENDAHULUAN
Secara dogmatis, Alkitab adalah Firman Allah. Orang Kristen
percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang memiliki kewibawaan
tertinggi atas kehidupan orang-orang Kristen. Roh Kudus bekerja dalam
diri warga gereja, sehingga orang kristen membaca dan mendegar isi
Alkitab selaku Firman Allah.
GERAKAN KHARISMATIK
GERAKAN KHARISMATIK
PENDAHULUAN
Sering terjadi orang merasa “alergi” bila mendengar Gerakan Kharismatik
disebut-sebut, entah mengapa ? Barangkali jawabannya adalah karena
gerakan ini sering diidentikkan dengan semangat pemberontakan terhadap
nilai-nilai yang termasuk mapan ditengah-tengah gereja yang tergolong
dalam “mainline churches” termasuk GKPS. Percakapan dan komentar
terhadap kelompok yang satu ini memang sering terjadi tapi sebatas kulit
luar. Karena itu wajar-wajar saja kalau percakapan yang seperti itu
akan berakhir dalam “penghakiman”.
Langganan:
Postingan (Atom)