PERSEPULUHAN

0 komentar

PERSEPULUHAN

Istilah persepuluhan di dalam bahasa Iberani ialah “maaser” yang berasal dari kata Aram “ascher” = kekayaan. Hal ini menunjukkan bahwa kita telah menerima kekayaan dari “sumber” kekayaan itu sendiri, yaitu Allah. Allah telah memberikan kita 100 % sesgala sesuatu yang ada pada kita dan kita diminta mengembalikan kepadaNya hanya 10 %.cara pengembaliannya inilah yang kita sebut masalah theologia persepuluhan.

Kalau kita memeriksa Alkitab dan Sejarah Gereja mengenai persepuluhan kita melihat beberapa cara yang berbeda-beda tapi tokh tidak bertentangan :


1. Abraham memberikan sepersepuluh dari hartanya kepada Melkisedek, tanpa ada peraturan tertentu untuk itu ( 1 Musa 14 : 20). Pemberian Abraham menyatakan pengakuan terhadap Melkisedek dan mengaku dirinya selaku bawahannya. Hal ini diberitahukan kembali di dalam Ibrani 7. Melkisedek adalah pracontoh Kristus ! Yang dapat diartikan bahwa keturunan Abraham - di dalam iman - sudah sepantasnya menuruti contoh yang dilakukan oleh Abraham memberikan persepuluhan kepada Kristus, sebagai suatu kenyataan pengakuan kita terhadap kuasa Kristus. Yakub juga menjanjikan untuk mermberikan sepersepuluh kepada Tuhan dari apa yang dia peroleh dari Tuhan sendiri. Inilah janji Yakub sewaktu dia berada di Bethel. Pada waktu itu belum ada peraturan mengenai persepuluhan.

2. Tetapi kemudian Tuhan telah mengaturkan agar setiap persepuluhan diserahkan kepada Tuhan. Inilah perintah yang disampaikan oleh Musa kepada orang Israel.

Persepuluhan itu adalah sebagain dari persembahan orang Israel, umat Allah kepada Tuhan. Persepuluhan terdiri dari hasil bumi seperti gandum, anggur dan buah-buahan. Hasil hewan : lembu, sapi, kambing, domba. Mengenai hewan diatur seperti berikut : Setiap lembu atau domba yang lewat dari bawah tongkat gembala dihitung, setiap yang kesepuluh harus menjadi persembahan kudus bagi Tuhan. Tidak boleh ditukar-tukar. Sejak peraturan Sinai maka persepuluhan telah menjadi salah satu dari Hukuman Allah (3 Musa 27:31-34).

3. Orang Lewi karena jabatannya adalah penerima persepuluhan dari umat Allah (4 Musa 18,21). Mereka bukan menerima dari orang-orang Israel secara langsung. Tetapi mereka menerimanya dari tangan Tuhan, dimana Tuhan sendiri berkata : “…..sesungguhnya Aku berikan kepada mereka segala persembahan persepuluhan” (ayat 21 dan bd. Ayat 24, Nehemia 10:37 dst).

4. Mengenai tempatnya pun ada ditentukan dan jika tempat itu terlalu jauh sehingga sulit dalam pengadaan pengangkutan persepuluhan dapat diuangkan (5 Musa 14:24-25).

5. Sekali tiga tahun persembahan persepuluhan itu diberikan langsung kepada orang Lewi, orang asing, anak yatim dan janda (5 Musa 14:28-29).

6. Pernah terjadi bahwa orang Yehuda tidak menghiraukan kewajibannya dalam memberikan persembahan persepuluhan, sehingga orang Lewi terpaksa meninggalkan tugasnya dan pergi ke ladang. Untunglah setelah ada nasihat dari Nehemia sehingga persembahan persepuluhan terlaksana kembali (Neh.13:10-12).

7. Di dalam Perjanjian Lama juga diberitakan bahwa persepuluhan diberikan kepada pihak penguasa atau Raja demi kepentingan pemerintahan (1 Sam.8:15-17).

8. Di dalam Perjanjian Baru masih ada terdapat bukti-bukti bahwa praktek pemberian persepuluhan itu masih berlangsung.
Menurut Luk.18:12 persepuluhan itu diambil dari segala penghasilan berarti bukan hanya dari hasil ternak dan pertanian. Yesus menghardik ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, karena mereka munafik di dalam pemberian persepuluhan itu. Persepuluhan dari selasih, adas dan jintan tetapi tidak melakukan keadilan dan belas kasihan serta kesetiaan (Mat. 23:23).

Inilah sebagai kunci untuk mengertikan “persepuluhan” itu. Pemberian persepuluhan tidak terpisahkan dari pelaksanaan hukum tentang keadilan, belas kasihan dan kesetiaan. Tuhan Yesus tidak pernah melarang hukum tentang persepuluhan itu tetapi Dia melarang praktek yang munafik. Apakah ahli Taurat dan orang-orang Farisi hanya memberikan persepuluhan dari hasil tanah yang sangat murah dan tidak memberikan persepuluhan dari hewan yang lebih mahal itu ?

9. Di dalam kesusasteraan Judaisme terutama di dalam Buku Jubileum 13:25 ff secara tegas ditandaskan tentang pelaksanaan pemberian persepuluhan. Dalam ayat 26 dapat kita baca :

“Dan hukum ini tidak mempunyai limit waktu; malah selalu mengatur generasi-generasi agar mereka memberikan kepada Tuhan persepuluhan dari segala-galanya, dari benih, dan anggur, dari minyak, dari kambing dan domba”.

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa “Persepuluhan itu berlaku sebagai aturan yang tetap.

10. Di dalam sejarah gereja tidak berapa banyak terdengar tentang hal persepuluhan.
Tertullianus pada akhir abad kelima menjelaskan bahwa persepuluhan itu adalah dilaksanakan secara sukarela tetapi kemujdian menjadi kewajiban bagi setiap orang Kristen.
Synode Von Macon, Prancis yang dilaksanakan pada tahun 585 memutuskan tentang persepuluhan sebagai berikut :
“Hukum ilahi memerintahkan semua bangsa memberikan persepuluhan dari buah-buah (penghasilan) mereka ketempat suci”. Gereja abad ke-enam mengingatkan kembali umatnya untuk melaksanakan persembahan persepuluhan.
Di Perancis telah diakui hak Gereja secara hukum atas persepuluhan. Pada zaman Reformasi pun persepuluhan tidak digoyang oleh pembaharuan. Martin Luther sendiri mengakui bahwa hukum tentang persepuluhan itu adalah suatu hukum yang benar-benar indah ditinjau dari segi pergerakannya, dimana dia berkata : “Karena kalau banyak tumbuh di ladang, saya berikan banyak, kalau sedikit, saya berikan sedikit”.
11. Di dalam praktek sehari-hari apa yang disebut persepuluhan bukan dihitung secata Matematika. Dan bukan itu yang terpenting dalam theologia persepuluhan. Tetapi kita harus jujur. Kalau sekiranya penghasilan kita ada sekitar 100 karung padi dan kita memberikan persepuluhan hanya 1 kaleng, tentu kitalah yang membohongi diri sendiri.
12. Bagaimana kesimpulan kita dewasa ini tentang persepuluhan? Walaupun tidak ditentukan sebagai suatu peraturan, tetapi tidak ada satu ayatpun yang telah pernah membatalkan persembahan persepuluhan. Artinya kita seharusnya menjalankannya, tetapi bukan sebagai tuntutan Taurat. Rasul Paulus berkata di dalam 1 Kor. 16 : 2 : “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kami masing-masing sesuai dengan apa yang kamu peroleh menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu diadakan, kalau aku datang”.
Di sini tidak disebut persepuluhan, tetapi ditentukan suatu hari di dalam satu minggu.
Pelaksanaan pemberian harus sepadan dengan kerelaan dan berdasarkan yang ada pada seseorang (2 Kor. 8 : 11). Bahkan Jemaat itu bukan hanya memberikan dari harta bendanya tetapi memberikan diri mereka (2 Kor. 8 :5).
Tuhan Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukcita menurut kerelaan hatinya.
Semua pemberian termasuk pemberian persepuluhan adalah sekaligus seperti menabut di ladang Tuhan, di mana Tuhan sendiri yang menyediakan benih bagi penabut dan melipat gandakannya. Dengan ketentuan : “Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga” (2 Kor. 9:6)
Di dalam pelaksanaan pemberian persepuluhan itu Tuhan menilai motif dari setiap pemberian ! Apakah kita jujur dan setia atau apakah kita munafik.
Mungkin kita telah berjanji untuk memberikan persepuluhan, tetapi jika sekiranya penghasilan dari sumber yang sama itu melimpah ruah, apakah kita masih bersedia memberikannya dengan penuh sukacita? Atau apakah jumlah itu sudah terlalu banyak sehingga perlu dikurangi?
Persepuluhan dapat membantu kita untuk menyerahkan persembahan kita yang sekaligus berfungsi sebagai benih ditabur. Setiap “penabur benih” di dalam kerajaan Allah pasti membawa berkah panen.
Janganlah kita menipu Allah di dalam persembahan persepuluhan dan persembahan khusus, untuk itu ada baiknya jika kita merenungkan Maleaki 3 : 10 : “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, Firman Tuhan semesta Alam, apakah Aku tidak membukakan tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan”. Tuhan sendiri mengatakan dalam hal ini “ujilah Aku!” Silahkan, uji Tuhan! Tidak salah kalau kita mengujiNya! Pasti Tuhan masih membuat tanda mujizat dalam hal ini.
Apakah jumlah 10% untuk persepuluhan terlalu besar bagi kita untuk setiap penghasilan? Di dalam dan bersama iman tentu tidak, tetapi secara terpaksa sudah barang tentu terlalu besar. Baiklah kita melaksanakannya bukan berdasarkan peraturan tok atau paksaan tetapi melulu berdasarkan Firman Tuhan dan sebagai persembahan syukur kepada Tuhan dengan sukacita.

Sumber : GKPS

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2011 GKPS Samarinda.
Blogger Template by Noct | Distributed by: best blogger seo template 2012free blogger templates like website | best free vpn yahoo answers cheap vpn netflix