PERJAMUAN KUDUS
PERJAMUAN KUDUS
1. PENDAHULUAN
Menurut kesaksian Alkitab, Allah menyatakan diri kepada manusia
bukan hanya melalui firmanNya, tetapi juga melalui Sakramen-Sakramen
yang Ia tetapkan. Di dalam gereja Kristen Protestan ada dua sakramen,
yakni Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus. Kedua-duanya dilayankan dalam
persekutuan jemaat. Salah satu pokok dalam defenisi gereja adalah
“Persekutuan orang-orang kristen dimana sakramen-sakramen dilayankan
sesuai dengan firman Tuhan”.
Adanya Sakramen-Sakramen dalam gereja adalah sesuai dengan perintah
Tuhan Yesus. Yesus sendiri yang menetapkan Baptisan Kudus (Mat. 28 :
19-20). Dan Dia juga yang menetapkan Perjamuan Kudus supaya
dirayakan/dilaksanakan sebagai “peringatan” akan Dia sampai Ia datang
kembali ; (Mat. 26 : 29 ; Mark. 14 : 25 ; 1 Korit.11 : 26).
Berarti, bagi gereja yang tidak melaksnakan Sakramen-Sakramen, hal itu
menunjukkan bahwa gereja itu tidak taat kepada perintah Tuhan Yesus.
Kalau seorang kristen tidak mau dibabtis atau tidak mau menghadiri
pelaksanaan Perjamuan Kudus, berarti orang itu telah menolak perintah
Tuhan Yesus di dalam hidupnya.
2. PERJAMUAN KUDUS
Perjamuan Kudus adalah salah satu “perayaan” yang paling penting dari
gereja kristen, menurut kesaksian Injil Synoptis-Matius (26 : 17 – 27),
Markus (14 : 12 – 25), Lukas (22 : 7 : - 23), dan juga kesaksian Rasul
Paulus (1 Korint. 11 : 23 – 34). Dari kesaksian-kesaksian tersebut di
atas, kita dapat menarik garis-garis besarnya mengenai Perjamuan Kudus
sebagai berikut :
Pertama : Perjamuan Kudus yang Yesus adakan bersama-sama dengan
murid-muridNya, adalah merupakan “Perjamuan Perpisahan” pada malam
terakhir sebelum Ia ditangkap dan menderita sengsara di kayu salib.
Dalam perjamuan itu, Yesus bertindak sebagai “Tuan rumah perjamuan” dan
murid-muridNya sebagai “Tamu Agung”. Sebagai Tuan rumah perjamuan, Ia
membagi-bagikan roti dan anggur kepada murid-muridNya.
Kedua : Perjamuan Kudus yang Yesus adakan bersama-sama dengan
murid-muridNya, berlangsung pada “waktu dan sehubungan” dengan Perayaan
Paskah Israel. Pesta Paskah orang Israel adalah salah satu dari ketiga
pesta Israel yang paling besar dan dirayakan sekali setahun. Ketiga
Pesta bangsa Israel adalah : Paskah, Pesta Panen dan Pesta Pondok Daun,
(Band. Imamat 23 : 5 ; Bil. 9 : 3 ; 28 : 16 ; Jeh. 45 : 21). Pesta
Paskah orang Israel adalah Pesta Pengucapan Syukur yang berhubungan erat
dengan “Pembebasan Israel” dari perbudakan di Mesir, (Kel. 12). Pesta
Paskah pada mulanya dilangsungkan di rumah tangga orang Israel dan
kemudian ditetapkan dan harus dirayakan di Bait Allah (Ulangan 16 : 2 –
7).
Ketiga : Perjamuan Kudus yang Yesus adakan bersama murid-muridNya erat
berhubungan dengan perjamuan-perjamuan lain yang diikuti oleh Yesus,
seperti “perjamuan dengan pemungut cukai, dengan orang-orang berdosa”,
hal itu terlaksana sebelum Ia mati di kayu salib, maupun juga
perjamuan-perjamuan dengan murid-muridNya sesudah Ia bangkit dan
menampakkan diri kepada mereka. Isi dari Perjamuan Kudus adalah untuk
menyatakan “karya penyelamatan Allah di dalam Kristus” kepada manusia.
Demikian juga isi dari perjamuan-perjamuan Yesus dengan pemungut cukai
dan orang-orang berdosa, di mana manusia berdosa, dan melalui kehadiran
Yesus, Ia telah menganugerahkan kepada mereka keselamatanNya. Berarti,
keselamatan yang diberikan oleh Yesus bukannya “nanti” di Surga, tetapi
telah mulai dari sekarang dalam hidup manusia itu sendiri yang telah
menerima kehadiran dan persekutuan dengan Yesus. Inilah salah satu dari
makna Perjamuan Kudus bagi orang-orang yang telah percaya.
3. ARTI PERJAMUAN KUDUS
a. Perjamuan Pengucapan Syukur
Perjamuan Kudus, sama seperti Pesta Paskah Israel adalah suatu “Pesta
Kemenangan”. Dalam pesta Perjamuan Kudus kita diundang sebagai tamu
agung Yesus untuk merayakannya. Yang mengundang kita supaya benar-benar
penuh dengan kegembiraan dan sukacita menghadirinya serta menerimanya.
Sebab melalui Perjamuan Kudus, Ia mengatakan kepada kita : “untuk
dosa-dosamu, Ia telah bangkit”. Di dalam Dia, berarti oleh kematianNya
dan kebangkitanNya, Allah telah mendamaikan kita dengan diriNya. (2
Korint 5 : 18 – 19). Antara kita (manusia) dan Dia tidak ada lagi
permusuhan, tembok dosa telah Ia robohkan (Epesus 2 : 14), sekarang kita
telah diterima menjadi anak-anakNya. Sekarang kita telah memperoleh
persekutuan dengan Dia, karena itu kita harus bergembira dan
bersukacita. Kita harus mengucap syukur kepadaNya atas kasih dan
anugerahNya.
Dasar untuk kita mengucap Syukur, karena keselamatan yang diberitakan
dalam Perjamuan Kudus adalah berdasar atas kematian dan kebangkitan
Yesus. Dalam Perjamuan Kudus kita menerima roti dan anggur, dimana hal
itu yang menunjuk kepada “tubuh” Kristus yang dipecah-pecah dan
“darahNya” yang dicurahkan untuk kita. Pembagian roti dan anggur yang
diberkati dalam Perjamuan Kudus mengandung arti akan adanya “penyaluran
berkat”. Hal ini membuat kita sadar betapa mahalnya harga yang harus
dibayar oleh Yesus untuk keselamatan kita. Melalui Perjamuan Kudus,
orang-orang percaya mengalami dan menerima anugerah Allah. Dengan
demikian Yesus telah melibatkan orang-orang percaya dalam kedatangan
Kerajaan Allah (Mark. 14 : 23) dimana di dalam Kerajaan Allah
orang-orang percaya telah dipersekutukan dengan Allah. (Joh. 17 : 24).
b. Peringatan Akan Yesus
Pada waktu Yesus dan murid-muridNya melaksanakan Perjamuan Kudus sebelum
Ia diserahkan, menurut kesaksian rasul Paulus ( 1 Korint 11:23-34), Ia
mengambil roti dan Ia mengucap syukur atasnya, Ia memecah-mecahkannya
dan berkata : “Inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah
demikian menjadi peringatan akan Aku !” Demikian juga Ia mengambil Cawan
sesudah makan lalu berkata :” Cawan ini adalah perjanjian baru yang
dimeteraikan dengan darahKu, perbuatlah demikian setiap kali kamu
meminumnya, menjadi peringatan akan Aku !”.
Yang dimaksud dengan peringatan akan Yesus dalam Perjamuan Kudus, adalah
peringatan akan kematianNya di kayu salib. Dan arti dan tujuan
peringatan ini adalah sebagai “pemberitaan akan keselamatan” yang
dihasilkan (dikerjakan) oleh kematian dan kebangkitan Yesus sampai Ia
datang kembali ( I Korint 11:26). Sama halnya seperti Perayaan Paskah
(kel.12:14) dimana Allah telah menetapkan perayaannya :”Hari ini
hendaklah menjadi hari peringatan kamu, kamu harus merayakannya sebagai
hari raya bagi Tuhan Allahmu turun-temurun.”.
Peringatan yang dimaksud disini, bukanlah peringatan akan apa yang telah
dialami oleh Israel dalam perbudakan di Mesir, akan tetapi peringatan
tentang “karya penyelamatan dan pembebasan” yang Allah perbuat sehingga
orang-orang yang merayakan Paskah benar-benar mengalami sendiri
pembebasan itu. Demikian juga halnya dengan orang-orang kristen, melalui
Perjamuan Kudus benar-benar mengalami sendiri karya penyelamatan
Kristus. Berarti “memperingati” dalam 1 Korint 11:26, yaitu
“memasakinikan kembali dan menghayati sekarang juga keselamatan yang
Yesus kerjakan melalui kematian dan kebangkitanNya, itulah yang kita
peringati melalui Perjamuan Kudus.
c. Pemberian Roh Kudus
Telah kita bahas di atas bahwa Perjamuan Kudus adalah yang diamanatkan
oleh Yesus Kristus. Dan Perjamuan Kudus adalah sebagai tanda kehadiran
Kristus dan tanda peringatan akan kematian dan kebangkitan serta
kedatanganNya kembali (Luk.22:14–20), untuk keampunan dosa manusia.
Dalam perjamuan kudus, Kristus hadir bersama-sama dengan kita, sehingga
kita yang makan dan minum disitu beroleh persekutuan dengan Dia.
Kehadiran Kristus dalam perjamuan kudus bukanlah kehadiran secara phisik
atau jasmaniah. Roti dan anggur tidak otomatis berubah menjadi tubuh
dan darah Kristus (seperti pemahaman Gereja Roma Katholik). Waktu
pelayan (=pendeta) mengucapkan “kata-kata peneguhan” perjamuan kudus,
bahwa roti tetap roti dan anggur tetap anggur. Akan tetapi oleh
pekerjaan Roh Kudus, kita beroleh persekutuan dengan Kristus (kematian
dan kebangkitanNya) yang benar-benar hadir dalam Perjamuan Kudus yang
kita laksanakan.
d. Perjamuan Kudus sebagai Perjamuan Persekutuan
Di dalam Perjamuan Kudus anggota-anggota Jemaat datang berkumpul
bersama-sama dan merayakan Perjamuan Kudus sehingga memperoleh
persekutuan dengan Kristus. Dengan demikian sangat perlu disadari bahwa
persekutuan kita bukan hanya dengan Kristus yang mati dan yang bangkit,
akan tetapi juga dengan Kristus yang dimuliakan dan dengan Kristus yang
akan datang kembali. Oleh karena itu maka nada dasar dari perayaan
Perjamuan Kudus adalah “kesukaan dan kegembiraan” karena kita telah
benar-benar dipersekutukan dengan “Tubuh dan darah” Kristus yang telah
menjadi “PERJANJIAN BARU” (1 Kor. 11 : 23 dst) dan melalui Perjamuan
Kudus yang mempersekutukan jemaat, sehingga kita telah menjadi milik
Kristus.
Di dalam persekutuan kita dengan Kristus melalui Perjamuan Kudus,
sekaligus oleh dan di dalam Dia, kita memperoleh dan mewujudkan
persekutuan dengan sesama manusia / sesama jemaat. Berarti, Perjamuan
Kudus mempunyai fungsi “koreksi” kepada anggota jemaat sebagaimana
dinasehatkan oleh Rasul Paulus, apabila anggota jemaat hanya
memperhatikan diri sendiri (=keselamatan) diri sendiri dalam Perjamuan
Kudus dan tidak memperhatikan diri (=keselamatan) orang lain, berarti
orang-orang tersebut terus mempertahankan “jurang pemisah” yang ada
antara orang kaya dan miskin (1 Korint. 11 : 20 – 22). Dan juga
orang-orang yang demikian sikap dan kehadirannya dalam Perjamuan Kudus,
berarti belum menyadari arti dan makna kehadiran Kristus yang telah
mempersekutukan seluruh manusia. Oleh karena itu setiap saat perlu
dipertanyakan : “Sampai dimanakah Gereja secara serius memahami
Perjamuan Kudus sebagai Perjamuan Persekutuan dengan Kristus dan sesama
!” (1 Korint 10 : 16 – 17).
e. Perjamuan Kudus sebagai Perjamuan Agung di masa depan
Ketika Tuhan Yesus melaksanakan Perjamuan Kudus bersama-sama dengan
murid-muridNya, Ia berkata : “Mulai dari sekarang Aku tidak minum lagi
hasil pokok anggur ini sampai hari Aku meminumnya, yaitu yang baru
bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan BapaKu” (Mat. 26 : 29 ; Mark. 14
: 25). Dalam Perjanjian Lama, kegenapan (=Kepenuhan) keselamatan dari
Kerajaan yang akan datang, dilihat sebagai suatu “Perjamuan Gembira” di
dalam Kerajaan BapaNya. Barang siapa yang telah menjadi milikNya akan
turut ambil bagian di dalamnya, ia akan duduk bersama-sama dengan Dia di
meja Perjamuan Agung dalam Kerajaan Allah, (Band. Mat. 8 : 11 ; Luk. 13
: 28; 14 : 13).
Sebenarnya Perjamuan Agung itu telah dihadirkan oleh Yesus Kristus di
dunia ini, karena melalui perkataan dan perbuatanNya, Kerajaan Allah
telah menerobos masuk ke dunia ini. Oleh karena itu, Perjamuan Kudus
bukan hanya sebagai lambang Perjamuan Agung dimasa depan, dan bukan
hanya sebagai “palang petunjuk jalan” kepada keselamatan di masa
mendatang, akan tetapi melalui Perjamuan Kudus kita benar-benar menerima
“REPRESENTASI” dari keselamatan yang Allah berikan kepada manusia di
dalam Kristus. Dan di dalam Perjamuan Kudus kita teguhkan di dalam
pengharapan untuk menemukan kesempurnaan Perjamuan Agung di masa depan
di dalam Kerajaan Allah Bapa Tuhan Yesus Kristus, (Band. Wahyu 2 : 7 ;
21 : 7)
4. KESIMPULAN
Perjamuan Kudus mempunyai isi dan arti yang sama dengan Baptisan yang
telah kita terima. Di mana dalam Baptisan kita, oleh pekerjaan Roh Kudus
kita mendapat bagian dalam karya penyelamatan Allah. Demikian juga
dalam Perjamuan Kudus, kita juga oleh pekerjaan Roh Kudus mendapat
bagian dalam karya penyelamatan Allah. (Band. Rom. 6 : 3-8).
- Perjamuan Kudus memberitakan anugerah Allah kepada kita. Kita makan
roti dan minum anggur dalam Perjamuan Kudus, kita mengingat dan
menghayati bahwa Yesus menjadi manusia supaya tubuh manusiawi itu
disalibkan, Ia menderita dan mati di kayu salib untuk menciptakan tubuh
baru yaitu jemaatNya. Darah Kristus dicurahkan di kayu salib untuk
pengampunan segenap dosa-dosa kita.
- Darah Kristus adalah kehidupan yang dicurahkan untuk memberi hidup
bagi kita. Kita minum Cawan itu untuk mengingat bahwa Yesus sendiri
telah minum Cawan murka Allah sehingga kita memperoleh keampunan dosa
kita.
- Dengan merayakan Perjamuan Kudus, kita diingatkan pula bahwa Yesus
sekarang duduk di sebelah kanan Allah Bapa untuk membela kita, dan Ia
akan datang kembali untuk membawa (mengumpulkan) orang-orang yang
percaya untuk mengadakan Perjamuan Agung di dalam Kerajaan Allah, (Band.
Mark. 16 : 19 ; Wahyu 21 : 3 – 7).
Sumber : GKPS
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar